Pekarangan Rumah Disulap Untuk Budidaya Gurami Konsumsi
Pengembangan Budidaya Ikan Konsumsi
Jika berkunjung ke salah satu daerah di Jawa Barat Bogor misalnya, boleh dikatakan tidak ada yang tidak mengenal ikan gurami. Ikan ini banyak diproduksi untuk memenuhi permintaan yang selalu meningkat. Sebut saja Parung, Sawangan, Gunung Sindur. dan Gampea menjadi daerah sentral produksi gurami. Namun, tetap 53,5 produksi gurami sampai saat ini masih relatif rendah dan belum mencukupi permintaan yang ada. Salah satunya disebabkan oleh sebagian besar produksi masih menggunakan teknik sederhana/tradisional. Karena, pada umumnya pembudidaya menganggap gurami sebagai "tabungan"yang biasanya dipanen untuk memenuhi kebutuhan pada momen-momen tertentu, misalnya hari raya.
Dalam memelihara gurami, pakan yang diberikan pun hanya sebatas daun sente dan para pembudidaya belum menerapkan aspek lain yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan seperti lingkungan, padat tebar, pakan, dan kualitas benih. Kondisi itulah yang menimbulkan paham yang berkembang di masyarakat bahwa gurami merupakan ikan lambat tumbuh.
Gurami merupakan ikan omnivora yang biasanya hidup di rawa, danau, dan sungai dengan suhu optimum 27—30° C pada kisaran pH 7—8. Gurami mempunyai kecenderungan bersifat nokturnal (aktif di malam hari) dan menyukai pakan yang ada di permukaan. Ikan ini digolongkan ke dalam ikan dataran rendah. Gurami dapat tumbuh secara optimal pada ketinggian < 300 m dpi. Sebenarnya, gurami lebih menyukai kolam tanah sebagai tempat pemeliharaan dengan dasar tidak terlalu berlumpur. Akan tetapi, pemeliharaan di kolam tembok dengan dasar tanah juga masih memungkinkan. Jika dilihat dari tingkah lakunya, gurami lebih senang hidup di perairan tenang. Namun, gurami sangat peka terhadap cahaya, terutama pada malam hari dan perubahan kualitas air mendadak, terutama suhu air. Jadi, hindari penangkapan gurami pada saat hujan karena dapat mengakibatkan stres.
BISA DI LAHAN SEMPIT
"Harus lahan luas". Pernyataan itu terucapkan oleh sebagian besar orang ketika ingin melakukan usaha di bidang perikanan, terutama komoditas ikan gurami. Hal itu tidak selalu benar. Usaha bisa dimulai dari lahan yang sempit dengan sarana yang simpel. Penggunaan lahan luas akan berbanding lurus dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Namun, usaha perikanan ternyata bisa dimulai dari lahan yang kecil seperti teras rumah. Selain memanfaatkan lahan kosong yang ada, unsur pembelian/sewa lahan menjadi tidak ada. Kontrol pun mudah dilakukan sehingga risiko kegagalan bisa diminimalkan. Skala usaha pun bisa disesuaikan dengan luas lahan yang ada.
Walaupun usaha bisa dilakukan di lahan sempit sekitar rumah, tetapi harus tetap memperhatikan faktor kenyamanan lingkungan, baik bagi penghuni rumah sendiri atau tetangga di sekitar. Jika ada lahan kosong atau ruang di sekitar rumah yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya gurami, rencanakanlah dengan matang.Tentukan skala usaha dan segmen pemeliharaan yang disesuaikan dengan kondisi lahan/ruang yang tersedia.
Untuk memulai usaha budidaya gurami di teras, bisa diawali dari lahan yang menganggur atau belum termanfaatkan secara maksimal. Sebagai contoh, lahan pekarangan yang luasnya sekitar 10 - 25 m2 sudah dapat disulap sebagai tempat pembenihan, penetasan telur, atau pendederan benih gurami hingga ukuran tertentu yang sudah banyak dicari pasar, misalnya benih ukuran kuku atau silet. Wadah pemeliharaannya pun relatif simpel, bisa menggunakan baskom yang ditata sedemikian rupa, membuat kolam terpal atau kolam tanah.
SEGMEN USAHA SEBAGAI SOLUSI
Secara umum, budidaya ikan air tawar hanya memiliki dua segmen utama, yaitu pembenihan dan pembesaran, tidak terkecuali gurami. Namun, label 'ikan lambat tumbuh1 yang melekat pada gurami membuat usahanya terbagi menjadi beberapa segmen. Bayangkan, untuk menghasilkan gurami ukuran konsumsi membutuhkan waktu paling tidak 12—15 bulan. Dengan demikian, pembagian segmen tersebut menjadi salah satu solusi di samping pemeliharaan dengan cara yang tepat untuk menghapus label tersebut.Jika tidak ada segmentasi usaha, modal para pelaku usaha budidaya gurami akan tertahan dan perputaran uang relatif lambat. Segmen usaha yang ada pada budidaya gurami terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain telur, kuku, silet/korek, bungkus rokok, dan konsumsi. Masing-masing segmen memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dalam membudidayakannya.
1. Telur
Dibandingkan dengan komoditas ikan air tawar lainnya, telur gurami sudah mempunyai pasartersendiri. Sesuai namanya, segmen ini memang bertujuan untuk menghasilkan telur. Telur gurami yang merupakan hasil pemijahan induk bisa langsung dijual ke konsumen untuk ditetaskan atau dipelihara sampai ukuran tertentu (biasanya kuku atau silet).2. Kuku
Istilah "kuku" didasarkan pada ukuran benih yang dihasilkan, yaitu berukuran kuku kelingking atau kuku jempol. Bobot ukuran tersebut sekitar 0,5-1 g/ekor. Lama pemeliharaan pada tahap ini biasanya antara 1-2 bulan dari telur.Segmen kuku ini tidak memerlukan lahan luas. Pembudidaya dapat memanfaatkan pekarangan rumah dengan menggunakan wadah seperti. baskom atau membuat kolam terpal. Bahkan, pelaku usaha dapat memanfaatkan bak tandon air atau sterofoam bekas untuk memeliharanya.
3. Silet/Korek
Para pelaku usaha segmen ini menargetkan produksi sampai ukuran silet atau korek api dengan bobot sekitar 20 g/ekor. Benih yang ditebar biasanya berasal dari ukuran kuku yang butuh waktu 2-3 bulan. Jika dihasilkan dari telur, dibutuhkan waktu hingga 4-5 bulan. Dengan waktu pemeliharannya yang singkat, risiko kematian dapat ditekan.Dalam menghasilkan benih gurami ukuran silet/korek, umumnya para pembudidaya belum memanfaatkan pakan buatan. Mereka lebih banyak mengandalkan pakan alami atau dari hasil pemupukan dan sisa pakan usaha pemeliharaan ayam broiler yang biasa disebut "postal".
4. Bungkus Rokok
Dari namanya, benih yang dihasilkan berukuran sebesar bungkus rokok dengan bobot sekitar 75-100 g. Untuk menghasilkan gurami ukuran bungkus rokok, para pembudidaya umumnya membeli dan membesarkan sejak ukuran silet atau korek. Dalam menghasilkan ukuran ini, diperlukan penerapan teknik produksi yang tepat sehingga dapat mempersingkat waktu pemeliharaan dan meminimalkan kematian.5. Tampelan (200-250 g/ekor)
Gurami berbobot 200-250 g/ekor biasanya berasal dari benih ukuran bungkus rokok (100 g/ekor) dengan lama pemeliharaan sekitar 2 bulan. Benih berukuran 4-5 ekor/kg ini biasanya disebut tampelan. Benih ini dijadikan sebagai benih awal untuk menghasilkan gurami ukuran konsumsi/daging.6. Daging (Konsumsi)
Istilah 'daging' merupakan sebutan ukuran konsumsi yang sangat populer di tingkat pembudidaya dan umum digunakan oleh para pedagang ikan. Ukuran gurami konsumsi biasanya berbobot sekitar 500-800 g/ekor. Para pelaku usaha pada segmen ini menebar gurami tampelan (200-250 g/ekor) dengan lama pemeliharaan 5-6 bulan. Pakan yang diberikan berupa daun-daunan seperti daun sente, daun singkong, dan pelet.