Melangkah ke bisnis sayuran hidroponik yang dilakukan para pehobi itu memang keputusan yang tepat. Pasar hidroponik masih terbentang luas. Seperti yang dilakukan para pelaku usaha Hidroponik Kunto Herwibowo misalnya. Untuk memenuhi permintaan pasar yang datang, ia bermitra dengan 5 plasma. Dari 5 plasma yang telah berproduksi, Kunto memasarkan total 250 kg sayuran hidroponik perhari untuk memasok pasar swalayan. Satu plasma lagi direncanakan berbagabung sebagai pemasok.
Plasma di beri kemudahan dalam penyediaan benih, nutrisi, hingga perakitan sarana produksi oleh Kunto. Dengan demikian, para plasma tinggal menjalankan sistem budidaya sayuran hidroponik dengan pendampingan. Begitu plasma panen, sekitar 35-42 hari, Kunto menyerap semua produksi yang memenuhi standar pasar.
Untuk pasar lokal, produk hidroponik ditujukan ke rumah sakit, hotel, restoran, cafe, pasar swalayan, hingga perusahaan pihak ketiga yang menjual sayuran hidroponik di Batam. Kepulauan Riau memasarkan produknya untuk hotel dan restoran. Sedangkan Citra yang memulai usaha-kecilan menjualnya langsung ke pembeli eceran.
Kebanyakan pebisnis sayuran hidroponik memasarkan produknya ke pasar swalayan. Dengan berkembangnya outlet-outlet baru, pasar hidroponik di pasar swalayan pun makin terdongkrak. Menurut Caesario Parlindungan, senior general manager commercial fresh PT Trans Retail Indonesia, setiap bulan gerai di Jakarta dan sekitarnya memerlukan pasokan total hingga 3 ton sayuran hidroponik. Malah, perusahaan yang mengakuisisi jaringan pasar modern seperti Carrefour itu menginginkan tambahan pasokan bulannya sedikitnya 600 kg.
Kemungkinan masuknya pasokan baru masih terbuka. Parlindungan menuturkan asalkan pemasok baru dapat memenuhi syarat yang ditentukan. Parlindungan mengatakan permintaan sayuran hidroponik setiap tahun meningkat 20%. Besarnya peluang itu diakui Roni yang memasok produknya ke pasar modern. Menurut Roni, setiap gerai memerlukan pasokan minimal 10 kg berbagai jenis sayuran setiap hari. Sebagai gambaran, di Jakarta saja ada 22 gerai, itu berarti setiap hari ia mesti mengirim setidaknya 220 kg sayuran hidroponik. Jumlah itu lebih dari 4 kali kemampuan produksinya saat itu, yang baru mencapai 50 - 70 kg per hari.
Target pasar lainnya, restoran dan cafe. Ernest Lesmana, bagian pruchasing Blancklisted Coffee Roastrs, salah satu restoran yang berlokasi di Jakarta Barat, mengatakan kebutuhan sayuran hidroponik di restorannya sekitar 12 Kg per 2 hari. Kebutuhan sayuran hidroponik untuk satu restoran yang relatif kecil. Bila dicermati, jumlah restoran yang menyajikan menu masakan ala barat di Jakarta cukup banyak. Namun, pekebun tentu perlu menjajaki pasar restoran secara intensif satu per satu.
Pilihan lain menjadi pemasok pihak pemasar sayuran atau klien privat seperti yang dilakukan PT Kebun Sayur Segar (KSS), pemasok sayuran hidroponik yang kebunnya berlokasi di Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Perusahaan yang mengelola kebun hidroponik seluas 3,5 ha itu melayani 4 klien khusus. Produk yang dihasilkan berupa sayuran yang sudah dikemas sesuai pesanan.
Manajer produksi KSS, Yudi Supriyono, mengatakan pasokan aneka sayuran hidroponik 850-1.000 pak setara 212-250 kg setiap hari diserap klien khusus. Sebagian lagi sebanyak 63-125 kg ditujukan untuk pasar swalayan. Dengan menjual kepada dua pihak yang berbeda. Yudi mengakui alir kas lebih terjaga. Ketika permintaan di satu pihak menurun, aliran kas dari pembeli lainnya menjadi penambal.
Lebih lanjut, Yudi menambahkan bahwa dibandingkan pasar swalayan, perputaran uang penjualan sayuran melalui klien lebih cepat. Pengalaman serupa datang dari Jimmy Halim, pemilik perusahaan sayuran hidroponik Jiri Farm yang menjual 200 kg sayuran hidroponik per hari ke perusahaan mitra. Pembayaran sayuran ke pemasok atau klien privat langsung cair begitu barang diterima.
Harga sayuran hidroponik pun relatif tinggi dibandingkan harga sayuran yang dibudidayakan secara konvensional. Perbedaan harga itulah sumber keuntungan berkebun hidroponik. Bila selada yang ditanam di atas tanah dihargai Rp. 3.000 per tanaman, sayuran selada hidroponik dapat dibanderol harga Rp. 10.000 per tanaman.
Selain "menjual" kebersihan tanaman yang dibuktikan dengan akar yang bersih dari tanah, sayuran hidroponik juga umumnya memakai bibit sayuran impor. Otomatis sayuran yang kerap menjadi konsumsi kaum ekspatriat itu memiliki pasaran harga lebih tinggi dibandingkan sayuran lokal.
Pekebun dapat langsung memasarkan sayuran hidroponik ke pasar retail dengan label sendiri atau ke pihak distributor dengan menggunakan kemasan tanpa label.
Tren
Hidroponik memang adakalanya naik turun. Selain tingginya permintaan pasar, salah satu parameter tren hidroponik adalah kemunculan pehobi baru. Pehobi baru kebanyakan berasal dari kalangan mapan menengah ke atas termasuk ibu rumah tangga, karyawan dan pensiunan.
Selain bertemu di dunia maya, para pehobi hidroponik kerap mengadakan acara kumpul komunitas. Dia acara tersebut, mulai pehobi pemula hingga pebisnis skala komersial saling bertukar pengalaman secara langsung. Terkadang pula pehobi yang sengaja membawa hidroponik jinjing miliknya sebagai contoh bagi para pemula. Sistem hidroponik memang "menjauhkan" pehobinya dari tanah. Otomatis kaum urban yang ingin menanam sayuran kecil-kecilan di halaman tak perlu repot belepotan tanah.Itu sebabnya teknik menanam hidroponik berkembang cepat di kalangan menengah atas.
Jenis rakitan hidroponik yang digunakan pehobi sangat beragam. Mulai dari wick system (sistem sumbu) yang sederhana dengan menggunakan botol air mineral bekas hingga rakit menggunakan pipa-pipa PVC (polivinil klorida) lengkap dengan pompa pengalir air nutrisi. Para pemula biasany mencoba hidroponik yang mudah dan murah seperti wick system. Satu sistem portable dari botol atau wadah persegi hanya terdiri dari 1-6 lubang tanam. Sedangkan sistem yang lebih rumit dapat menampung belasan hingga puluhan tanaman sayuran.
Di kota wisata, Cibubur, Jakarta Timur, Vivi Ho, mencoba menanam sayuran hidroponik dalam wadah plastik persegi panjang berukuran 50 cm x 30 cm x 20 cm. Di atas wadah dengan penutup berlubang-lubang itu tersembul 6 lettuce red rapid umur 60 hari yang segar dan mulus. Pehobi pemula biasanya memulai dari sistem hidroponik sederhana seperti milik Vivi.
Vivi juga memiliki rakitan hidroponik yang membuat lebih banyak tanaman. Sebuah instalasi hidroponik berupa susunan 6 pipa PVC ukuran 3 inci yang ditempatkan 3 tingkat. Setiap pipa sepanjang 1,3 m itu berisi 7 lubang tanaman. Dari satu rangkaian itu total ia bisa memperoleh 46 tanaman. Untuk rakitan itu, istri pengusaha otomotif tersebut hanya merogoh kocek Rp. 1 juta.
Sistem yang diadopsi berupa hidronik NFT dengan rak pipa PVC bertingkat. Jenis sayuran yang ditanam yaitu selada, pakcoy dan sawi. Hasil panen yang dijual ke warung makan dan masyarakat sekitar. Hasil penjualan menjadi tambahan pendapatan keluarga sebagai usaha sampingan.
Geliat berhidroponik membuat para peminat mencari informasi seluas-luasnya. Mereka bergabung dengan komunitas, aktif di jejaring sosial, dan mengikuti pelatihan. Selain menggali informasi teknis budidaya, beberapa diantarany tertarik untuk serius berbisnis. Pelatihan hidroponik tanpa atap skala rumah tangga yang pernah di selanggarakan Trubus sejak beberapa tahun silam.