Prospek Pengembangan Budidaya Ikan Gabus, Teknologi Pembenihan, Persiapan Induk, Seleksi Induk
Teknologi Pembenihan Ikan Gabus
Persiapan Media
Media untuk memelihara induk ikan gabus dapat menggunakan empang yang terbuat dari anyaman bilah bambu, yang dipasang di lahan rawa. Dalam empang diberi tanaman encek gondok supaya ikan gabus nyaman dan terlindung dari sinar matahari langsung. Wadah untuk memijahkan ikan gabus dapat berupa waring, yang dibuat kerangka dari kayu, dengan penutup atasnya pasang di lahan rawa. Satu waring memijahkan satu pasang ikan gabus (1 ekor ikan jantan, 1 ekor ikan betina) (Muslim, 2017b). Untuk pendederan larva sampai menjadi benih waring, dengan ukuran 4x6x1 meter, diberi tanaman enceng gondok di luar waring. Waring dipasang dalam kolam/lebung tingkat kesuburan tinggi (banyak plankton).
Persiapan Induk
Induk ikan gabus yang digunakan dapat berasal dari hasil tangkapan dari alam. Induk yang berasal dari alam, terlebih dahulu dijinakan dalam media pemeliharaan induk selama dua bulan. Dalam masa penjinakan, ikan gabus diberi makan berupa anak ikan hidup. Pemberian pakan anak ikan sebanyak 2-3 ekor anak ikan per induk ikan gabus yang dipelihara.
Pematangan Gonad Induk
Pematangan gonad ikan gabus juga dapat dilakukan dengan penyuntikan hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dengan dosis 300 IU/kg (Zultamin et al., 2014).
Seleksi Induk
Ikan gabus betina dan ikan gabus jantan yang siap dipijahkan dapat dibedakan dengan cara mengamati tanda-tanda yang terdapat pada tubuhnya. Ciri-ciri ikan betina: bentuk kepala yang membulat, perutnya lembek dan membesar, warna tubuhnya cenderung terang, dan bila diurutakan keluar telur. Ciri-ciri ikan jantan : bentuk kepala yang lonjong, warna tubuhnya cenderung gelap, lubang pada kelamin memerah, serta akan mengeluarkan cairan putih agak bening ketika diurut. Ukuran induk ikan gabus baik jantan maupun betina yang baik untuk dijadikan induk sudah diatas 250 gram/ekor (Muslim, 2017a).
Penyuntikan
Untuk merangsang pemijahan ikan gabus dapat dilakukan penyuntikan hormon ovaprim dengan dosis terbaik 0,4 mL/kg ikan (Saputra et al., 2015). Jika penyuntikan menggunakan ekstrak hipofisa ikan gabus, dosis terbaik berdasarkan hasil penelitian (Sakuro et al., 2016) adalah 3:1 (donor : resipien)
Perkawinan Ikan Gabus
Ikan gabus yang sudah disuntik dengan hormon, dimasukan dalam waring pemijahan. Dalam satu waring dikawinkan satu pasang ikan gabus, sex ratio 1 : 1 (satu ekor jantan, satu ekor betina dengan bobot seimbang) (Muslim, 2017b).
Penetasan Telur
Setelah ikan gabus bertelur, telur diambil menggunakan sekupnet halus, dan telur siap ditetaskan. Penetasan telur ikan gabus dapat dilakukan dalam waring pemijahan atau dipindahkan dalam kolam terpal yang dibuat untuk media penetasan telur atau dilakukan di dalam akuarium. Penetasan telur dalam akuarium lebih terkontrol dan dapat dilakukan pengaturan suhu media. Suhu air media penetasan telur ikan gabus adalah 28±0,5 oC (Muslim et al., 2018) dengan pemberian aerasi 10 jam per hari (Muslim dan Yonarta, 2017).
Pemeliharaan Larva
Pakan yang diberikan ke larva selama masa pemeliharaan berupa pakan alami yakni artemia, dapnia dan cacing sutera. Pemberian naupli Artemia sp. Pada umur 4–13 hari, Daphnia sp. umur 16–21 hari, dan cacing sutera umur 24–33 hari (Suprayogi et al., 2016).
Pendederan
Pendederan larva – benih ikan gabus dapat dilakukan dengan media waring, atau dengan media kolam terpal. Padat penebaran larva ikan gabus untuk pendederan dari umur 7 hari sampai 30 hari sebanyak 2 ekor/liter (Hidayatullah et al., 2015). Pakan yang diberikan berupa cacing tubifex dikombinasi pakan pellet buatan.
Benih ikan gabus yang dihasilkan dari usaha pengembang biakan dapat digunakan untuk kegiatan restocking di alam dengan tujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan gabus di alam, dengan cara menebar benih di alam dan dapat juga dijadikan sumber benih untuk kegiatan budidaya perikanan.
Prospek Pengembangan Budidaya Ikan Gabus
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan perairan rawa yang bernilai ekonomis tinggi (Muslim, 2007a). Pemanfaatan ikan gabus berbagai ukuran dari kecil sampai besar menyebabkan kebutuhan ikan gabus semakin meningkat. Untuk memenuhi permintaan ikan gabus yang semakin meningkat, maka intensitas penangkapan ikan ini di alam juga semakin meningkat. Semakin intensifnya penangkapan ikan gabus memberikan dampak terhadap menurunnya populasi ikan gabus di alam.
Ikan gabus memiliki potensi biologi yang baik untuk dikembangkan menjadi komoditi budidaya perikanan (Muslim, 2007b). Secara biologi, ikan gabus tahan terhadap kondisi lingkungan perairan dengan keasaman rendah (asam) seperti di lahan rawa. Dalam kondisi kekurangan air ikan gabus masih mampu bertahan hidup karena ikan gabus memiliki alat bantu pernafasan sehingga dapat memanfaatkan oksigen bebas di udara untuk proses pernapasannya. Sifat ini sangat menguntungkan dalam usaha budidaya ikan gabus, karena itu ikan gabus memiliki ketahanan hidup lebih tinggi. Selain memiliki keunggulan aspek biologi, ikan gabus juga memiliki prospek bisnis yang menjanjikan (Muslim, 2007b). Selain sebagai lauk pauk, ikan gabus dapat diolah menjadi berbagai produk olahan seperti pempek, kerupuk kempalang, dan sebagainya (Muslim, 2012). Saat ini, ikan gabus juga dijadikan bahan obat penyembuh luka, karena daging ikan gabus mengandung albumin yang dapat berfungsi dalam penyembuhan luka. Dengan adanya keunggulan aspek biologi dan aspek ekonomi, maka ikan gabus patut untuk dikembangbiakan untuk menghasilkan benih yang siap untuk di tebar keperairan sebagai upaya konservasi guna dan meningkatkan populasi di alam. Selain itu, benih ikan gabus hasil pengembangbiakan dapat digunakan untuk usaha budidaya secara terkontrol (Muslim, 2017a).
Penutup
Ikan gabus, merupakan salah satu jenis ikan penghuni perairan rawa baik rawa gambut maupun rawa tidak bergambut, memiliki nilai ekonomis sebagai sumber pangan dan obat-obatan. Ikan gabus sudah bisa dikembangbiakan secara terkontrol dengan teknologi yang sederhana dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat. Pengembangan teknologi pembenihan ikan gabus dengan tujuan konservasi sumberdaya perairan dan budidaya perlu terus ditingkatkan, mengingat potensi lahan rawa yang cukup luas.